Ilmu psikologi dalam dunia industri

Psychology at Work

Industri saat ini terus berkembang dengan berbagai macam inovasi yang entah tercipta karena perkembangan zaman atau tercipta karena munculnya berbagai macam kondisi seperti covid 19. Industri sendiri saat ini masih belum dapat digantikan oleh 100% dengan robot khususnya dalam pengambilan keputusan-keputusan yang kompleks dan rumit. Walaupun saat ini berkembang pesat teknologi artificial intelijen namun tidak semua area ternyata bisa diselesaikan dengan teknologi AI tersebut. Mengapa?

Karena dalam industri peran manusia dalam menentukan keputusan itu tidak serta merta dapat dilakukan dengan rumusan algoritma yang sederhana namun juga aspek emosi yang harus membantu untuk menentukan suatu keputusan yang baik. Contoh misalnya kalau kita bicara aspek psikologi yang muncul dari perilaku orang tidak disiplin tentu akan memunculkan begitu banyak alternatif solusi yang dapat dilakukan. Namun tidak dapat menemukan pola-pola yang bersifat emosional sehingga penyebab dari perilaku tersebut muncul dengan intensitas tertentu.

Saat ini banyak perusahaan yang sudah meng hire orang-orang di departemen human capital atau human resources dengan orang-orang dari bidang psikologi namun semakin berkembangnya pola berpikir manusia dewasa ini bidang psikologi yang dibutuhkan tidak hanya bidang industri yang serta-merta bersentuhan dengan bagaimana memanage manusia , namun juga harus lebih dalam memahami bagaimana perilaku ini terbentuk khususnya dalam bidang pekerjaan.

Karena banyak hal yang terus berkembang misalnya contoh berkaitan dengan mentalitas seseorang yang kalau kita merujuk dari teori manajemen tentang manusia tentu kita punya rumusan yang lebih pasti. Misalnya teori hygiene faktor bagaimana manusia terdorong oleh harapan untuk memperbaiki diri namun banyak sekali laporan dari berbagai macam perusahaan yang menganggap mereka sudah memberikan gaji yang sangat besar, kenyamanan dalam bekerja misalnya dengan memberikan fasilitas-fasilitas rekreasi kantor yang mimpuni, aktivitas gathering untuk meningkatkan motivasi dan semangat kelompok. Namun semua itu nampaknya hilang begitu saja tanpa bekas dan setiap orang kembali kepada problemnya masing-masing dan seringkali menyebabkan perusahaan menjadi sangat tidak produktif.

Peran dari human capital atau human resource tidak hanya sibuk dengan berbagai macam program namun mereka harus membuat riset riset di internal perusahaan yang lebih tajam dan mendalam tentang perilaku dari orang-orang yang ada dalam perusahaan. Misalnya isu berkaitan juga dengan motivasi yang ternyata variabel penyebabnya ada banyak sekali bisa karena atasan, bisa karena situasi kerja, bisa karena ergonomi tempat kerja, bisa karena kebisingan , bisa karena sistem dan lain sebagainya. Sehingga human capital tidak memukul rata semua masalah itu selalu ada jawaban yang pasti. Jawaban bisa sangat beragam bahkan kata-kata yang salah diucapkan oleh pemimpin di waktu yang tidak tepat bisa menimbulkan gejolak yang merugikan perusahaan. Kalaupun ketika dikonfrontasi kenapa atasan tersebut mengucapkan statement tersebut jawabannya enteng dan ringan “Saya hanya guyon”.

Ini adalah masalah real yang seringkali terjadi namun karena kita menganggap itu kan masalah kecil dan karyawan saya seharusnya dewasa dalam menyeleksi tapi kenyataannya kita menghadapi kompleksitas otak yang rumit yang tidak punya pola instan yang dapat menjelaskan mengapa hal yang sangat jadi rumit hal yang rumit jadi badai.

Peran psikologi di sini menjadi sangat besar yaitu memitigasi semua kondisi yang ada dengan menciptakan kultur yang sehat. Sehingga perilaku-perilaku yang akan memicu berbagai macam masalah ya akan merusak hubungan relasi dalam perusahaan bisa diminimalisir.

Melangsir dari salah satu konsultan yang pernah meneliti 3 perusahaan besar di Indonesia ternyata isu yang membuat muncul banyaknya masalah dalam perusahaan adalah komunikasi yang tidak dibangun dengan tepat. Misalnya pemimpin yang seringkali merasa paling benar sehingga menutup pintu keterbukaan dan mereka mulai melakukan directive communication yang pada akhirnya membuat bawahan menjadi pesimis dan apatis. Kemudian bawahan hanya akan melakukan instruksi sesuai kehendaknya saja bukan karena kerelaan dan bukan karena motivasi besar untuk melakukan perubahan bagi organisasi.

Akibatnya bawahan yang kita miliki seharusnya bisa menunjukkan potensi optimal mereka menjadi robot yang hanya memenuhi instruksi dari atasan saja dan itu pun tidak optimal hanya maksimum 50% potensi yang mereka tunjukkan. Psikologi sudah harus menjadi pelajaran wajib yang dimiliki oleh seorang pimpinan mulai dari level pimpinan dasar misalnya supervisor hingga VP dan direktur perusahaan sekalipun juga.

Perlu ada event-event forum komunikasi untuk membahas tentang yang namanya perilaku undang psikolog psikolog ahli jiwa ahli perilaku yang cukup mumpuni untuk memberikan satu inside penjelasan mengenai kondisi manusia dewasa ini. Karena berdasarkan pengamatan 60% problem yang muncul dalam perusahaan disebabkan karena belum tuntasnya masalah-masalah fundamental psikologis yang dihadapi oleh masing-masing orang khususnya kemungkinan yang berdampak terhadap kekacauan organisasi.

Pernyataan ini menjadi sesuatu yang menyakitkan memang tetapi ini real dan nyata sekali. Hal paling sederhana adalah ketika kita menghayal seorang prohair dari industri lain yang diharapkan bisa melakukan perubahan dan kita melihat bahwa potensi kompetensi pengalaman orang ini begitu hebat namun dalam waktu 1 tahun kita mulai melihat orang-orang seperti ini pun bisa hancur karena mereka tidak diberikan bekal yang cukup untuk menghadapi perilaku-perilaku yang bermasalah. Kan yang lebih fatal adalah mereka bahkan menjadi sumber masalah bukan sebagai problem solver.

Andreas Imawanto

Work Improvement Specialist

Leave a comment